FAMILY MAN: Mantan Ketua KPK Antasari Azhar bersama Andita Dianoctora Antasari Putri (kiri), Ajeng Oktarifka Antasari Putri, dan istrinya, Ida Laksmiwati. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos.
Nama Antasari Azhar, terpidana kasus pembunuhan yang saat ini menjalani hukuman 18 tahun penjara, kembali ramai diberitakan. Ini setelah muncul dugaan bahwa kasus yang menjerat mantan ketua KPK itu direkayasa.
Bagaimana keluarganya memberikan dukungan selama ini?
-------------------------- -----------------------
AGUNG PUTU ISKANDAR, Tangerang
------------------- ------------------------------
Jumat (22/4) siang itu Antasari menerima kunjungan dari aktivis Dewan Penyelamat Negara (Depan) di sebuah ruang pembesuk yang cukup lapang di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tangerang. Ruang seluas separo lapangan futsal itu menampung belasan aktivis yang ikut nimbrung, seperti politikus Partai Gerindra Permadi, Effendy Choirie, artis Pong Hardjatmo, mantan Aster KSAD Mayjen (pur) Saurip Kadi, dan politikus PKS Suripto.
Para aktivis Depan mengorek berbagai informasi tentang kasus Antasari. Mereka juga mendoakan agar lelaki 58 tahun itu bisa secepatnya dibebaskan melalui permohonan peninjauan kembali (PK) yang segera diajukan.
Mereka mendorong Antasari agar mengungkap kasus-kasus mencurigakan yang diduga menjadi alasan dirinya dijebloskan ke penjara. "Pak Antasari ini ibaratnya sudah bau tanah. Karena itu, ini waktu bagi Bapak untuk mengungkap semuanya," kata Saurip Kadi.
Penampilan Antasari tidak berubah. Berat badannya terlihat masih stabil. Kumisnya juga masih lebat. Tidak tampak tanda-tanda tertekan selama dia dipenjara. Bapak dua putri itu mengenakan batik hijau dipadu jins biru gelap. "Bapak jelas sehat dong. Setiap hari kami besuk kok," kata Ida Laksmiwati, sang istri, yang ditemui di antara pembesuk.
Siang itu Ida ikut nimbrung bersama dua buah hati hasil pernikahannya dengan Antasari. Yakni, si sulung Andita Dianoctora Antasari Putri, 27, dan Ajeng Oktarifka Antasari Putri, 25. Dua putri manis Antasari itu mengenakan kaus oblong bermotif garis-garis horizontal. "Adik-kakak harus kompak dong," kata Andita lantas tersenyum.
Setiap kali berkunjung, mereka selalu membawakan makanan kesukaan sang ayah. Yakni, ikan patin plus sambal tomat. "Bapak punya syarat. Sambel itu harus saya bikin sendiri. Kalau Bapak tahu ini dibikinin orang lain, bisa marah dia. Makanya, tangan saya sampek kemeng harus nguleg terus," kata wanita kelahiran Malang ini lantas terkekeh.
Hampir setiap hari tiga perempuan itu kompak membesuk Antasari. Kadang Ida cuma datang berdua dengan Andita karena Ajeng masih ada kuliah S-2 ekonomi di Universitas Trisakti. "Kuliah dia di Australia sudah selesai, sekarang tinggal menyelesaikan tugas akhir S-2 di Trisakti," kata Ida yang baru merayakan ulang tahun ke-55. Sedangkan Andita yang dokter itu ikut mendampingi jika tidak ada praktik.
Perempuan berambut panjang ini bersyukur bahwa Antasari akhirnya dipindahkan ke Lapas Tangerang. Jarak lapas tersebut dengan kediaman mereka di BSD Tangerang cukup dekat. Sebab, sebelumnya mantan Kajari Jakarta Selatan ini harus meringkuk di Rutan Polda Metro Jaya. "Baru tiga bulan saya di sini," kata Antasari.
Antasari sempat berang saat hampir setahun harus meringkuk di Rutan Polda Metro Jaya. Padahal, dia mestinya dibawa ke lapas karena sudah berstatus terpidana. Apalagi, penjagaan di rutan sangat ketat. Orang-orang yang membesuk dirinya harus diseleksi secara ketat.
Itulah mengapa, beberapa pendukungnya baru bisa membesuk setelah dia dipindahkan ke Lapas Tangerang. Selain aktivis Depan, adik Nasrudin Zulkarnaen bernama Andi Syamsuddin sempat menjenguk dia pada Maret lalu. Selain itu, para dosen dan akademisi kolega Antasari sering datang.
Begitu juga pengacara Antasari, Maqdir Ismail. Dia semakin leluasa menyampaikan kabar terbaru tentang kasus yang dialami lelaki kelahiran Bangka Belitung itu. "Mungkin saya ditahan di Rutan Polda biar tidak bisa bersuara," katanya.
Meski penjagaan ketat, saat masih di Rutan Polda Metro keluarga tak pernah absen menjenguk Antasari. Bahkan, Andita sampai rela tidak bekerja setahun agar setiap hari bisa menemani ibunda ke rutan. "Kalau nggak begini, kita nggak akan kuat menghadapi cobaan ini," kata Andita.
Ida menuturkan, selain membawakan makanan, setiap kali membesuk dia selalu membawa segepok surat dukungan untuk suaminya. Surat-surat itu dikirim dari berbagai penjuru Nusantara. Ada juga yang dari WNI di luar negeri. Mereka mengungkapkan dukungannya untuk Antasari.
Tiap kali surat itu disodorkan, Antasari selalu meminta Ida membalas surat-surat tersebut. Antasari merasa tersanjung karena ada orang-orang yang meluangkan waktu untuk menulis surat. "Bapak tidak sampai hati kalau surat-surat itu dicuekin," katanya.
Dalam seminggu, kata Ida, lebih dari seratus surat datang ke rumahnya. Selain itu, dukungan disampaikan lewat pesan pendek (SMS). Awalnya, anak kedua dari empat bersaudara ini membalas semua surat. Namun, karena terlalu banyak, dia membatasi maksimal seratus surat dia balas per minggu. "Tagihan pulsa HP saya juga sampai membengkak gara-gara SMS," katanya.
Selama menginap di hotel prodeo, kata Ida, Antasari berupaya untuk terus berbuat baik. Dia kerap menyantuni orang-orang tidak mampu di sekitarnya. Saat masih menempati sel narkoba di Rutan Polda Metro, misalnya. Antasari membiayai kuliah anak salah seorang penjaga kios rokok. Beberapa orang yang dia temui di rutan juga mendapat santunan.
"Bapak itu tidak tegaan. Kalau ada orang susah yang datang ke dia, selalu dikasih. Masih banyak lagi anak di Bangka sana yang juga dia santuni," ujarnya. Ida menuturkan, sejak dulu dirinya percaya bahwa sang suami adalah korban rekayasa. Dia tidak percaya begitu saja bahwa suaminya membunuh Nasrudin hanya karena "cinta segitiga" dengan caddy Rani Juliani. Itu hanya motif yang dibuat-buat agar seolah-olah Antasari punya alasan kuat untuk membunuh Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran itu.
Ida berharap publik tidak percaya begitu saja dengan kasus tersebut. Apalagi setelah Komisi Yudisial (KY) menyebut bahwa hakim terindikasi mengabaikan sejumlah bukti di pengadilan. "Sejak dulu saya yakin Bapak korban rekayasa. Jauh sebelum temuan sekarang," katanya.(c2/kum)
0 komentar:
Posting Komentar